Jakarta, IDN Times – United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) mendata setiap dua pekan sebuah bahasa menghilang dengan membawa seluruh warisan budaya dan intelektual. Bahasa ibu atau bahasa asli merupakan sebuah identitas negara yang setiap harinya mengalami ancaman kepunahan.
Dari 6.000 bahasa yang ada, sebanyak 43 persen terancam punah. Hanya sedikit bahasa yang benar-benar dijaga dengan memasukkan dan menggunakannya di dalam sistem pendidikan dan dominan publik.
Ancaman ini menjadi pengingat, agar masyarakat tidak melupakan bahasa ibunya. Hari Bahasa Ibu Internasional jatuh pada 21 Februari. Peringatan ini diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran akan keanekaragaman bahasa dan budaya serta untuk mempromosikan multibahasa agar tidak punah.
1. Sejarah Hari Bahasa Ibu Internasional
Pada 21 Februari 1952, protes untuk menentang pemaksaan bahasa Urdu di Pakistan Timur menjadi cikal bakal Hari Bahasa Ibu Internasional. Protes ini dilakukan oleh mahasiswa yang memunculkan gerakan bahasa Bengali di Pakistan Timur.
Aksi demonstrasi tersebut berbuntut panjang hingga akhirnya membuat Pakistan Timur memisahkan diri dan mendeklarasikan wilayahnya menjadi Bangladesh. Salah satu warga Bangladesh mengirimkan surat kepada Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan, dan meminta PBB melakukan tindakan penyelamatan terhadap bahasa-bahasa di dunia.
Pada 17 November 1999, UNESCO memproklamirkan Hari Ibu Internasional. Tapi, baru pada 2000 Hari Bahasa Ibu Internasional diperingati.
Sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyambut baik rencana UNESCO. Pada 16 Mei 2007 sidang umum PBB dalam resolusinya menyerukan kepada negara-negara anggota PBB untuk mempromosikan pelestarian dan perlindungan semua bahasa yang digunakan oleh masyarakat di dunia.
Dengan resolusi yang sama, sidang umum PBB memproklamirkan 2008 sebagai tahun Bahasa Internasional.
2. Tujuan Hari Bahasa Ibu Internasional
Tujuan diperingatinya Hari Bahasa Ibu Internasional adalah sebagai salah satu bentuk melestarikan dan melindungi semua Bahasa Ibu yang ada di dunia. Melalui Bahasa Ibu, manusia mentransmisikan pengalaman, tradisi, dan pengetahuan. Keragaman bahasa mencerminkan kekayaan imajinasi dan cara hidup yang berbeda bagi setiap orang sehingga perlu untuk terus melestarikan Bahasa Ibu.
3. Multibahasa berdampak baik pada ekonomi
Penelitian dari www.weforum.org menyatakan multi bahasa terbukti bagus untuk keberlangsungan pembangunan dan ekonomi. Negara-negara yang secara aktif memelihara berbagai bahasa menuai hal positif, mulai dari ekspor yang lebih berhasil hingga angkatan kerja lebih inovatif.
4. Bahasa membantu hubungan baik dalam berdagang
Para pedagang yang memiliki kemampuan multi bahasa dapat mengekspor banyak barang serta seseorang yang multibahasa memiliki tingkat produktivitas yang tinggi. Seseorang yang menguasai lebih dari bahasa kedua berarti seseorang tersebut mempunyai kognitif, ketekunan, dan pendidikan yang baik.
0 Komentar